Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (MAPANBUMI) dirintis dan dikembang luaskan oleh Yang Mulia Maha Sesepuh Maitreyawira pada tahun 1950 ditandai dengan berdirinya Vihara Buddha Maitreya yang pertama di Kota Malang (Jawa Timur). Setelah itu secara berturut-turut berdiri Vihara Maitreya di Kota Pasuruan, Surabaya, Jakarta, Semarang, Medan, Pontianak, Palembang, Riau, dan sebagainya. 30 tahun kemudian perkembangan lebih pesat lagi dengan pertambahan Vihara di berbagai pelosok Nusantara. Yang Mulia Maha Sesepuh Maitreyawira wafat pada tahun 1983 dalam usia 90 tahun bertepatan dengan Hari Suci Keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia selanjutnya dipimpin oleh Maha Sesepuh Prajnamitra, yang ditandai dengan munculnya kader-kader handal. Di Sumatera Bagian Utara, untuk pertama kalinya dirintis dan dikembangkan oleh Sesepuh Prajnamitra pada tahun 1957 ditandai dengan berdirinya Vihara perdana yang bernama Vihara Kshanti Maitreya di Medan yang hanya memiliki 6 buah jok bakti puja saja. Saat Vihara diresmikan tercatat 26 orang menerima dhiksa secara Agama Buddha Maitreya. Kendati menerima berbagai cobaan dan ujian yang menerpa, Sesepuh Prajnamitra menerima dengan kesabaran dan kebulatan tekad untuk berjuang ke depan.
Secara berturut-turut berdiri pula Vihara Prajna Maitreya-Medan, Vihara Lokottara Maitreya Medan, Vihara Vidya Maitreya-P Siantar, Vihara Dhyana Maitreya Medan dan berkembang hingga ke propinsi Riau. Sesepuh Prajnamitra wafat pada tahun 1980 dalam usia 74 tahun. Saat itu tercatat ada 37 unit vihara dengan umat Buddha sekitar 70.000 orang.
Dalam perkembangan selanjutnya, vihara-vihara yang dirintis di Sumatera Bagian Utara dikelompokkan dalam rayonisasi yang disebut sebagai Wilayah IV MAPANBUMI. Ketua Wilayah IV MAPANBUMI pertama adalah Sesepuh Prajnamitra, baru setelah beliau wafat, Ketua Wilayah generasi kedua beralih ke Maha Pandita Thau Cen Sing yang mengabdi pada kurun waktu 1980-1984. Selanjutnya Ketua Wilayah IV MAPANBUMI generasi ketiga adalah Maha Pandita Salim Budiman (TeChing Cen Cing) yang mengabdi pada kurun waktu 1984-1989. Maha Pandita Salim Budiman berjuang tanpa lelah merintis pembangunan Vihara di berbagai pelosok daerahSumatera Utara danRiau, hingga perkembangan Wadah Ketuhanan semakin luas berbarengan dengan peningkatan sumber daya manusia. Ketua Wilayah IV MAPANBUMI generasi keempat beralih ke Maha Pandita Citrawira yang mengabdi pada kurun waktu 1989-2007 dengan dibantu sepenuhnya lagi oleh Maha Pandita Salim Budiman yang banyak berkeliling ke berbagai daerah. Maha Pandita Salim Budiman wafat pada tahun 1999.
Yang Arya Maha sesepuh Ong yang merupakan pimpinan tertinggi The World Maitreya Great Tao saat itu, meminta agar di Medan, Sumatera Utara didirikan sebuah Maha Vihara dengan daya tamping bakti puja 4.000-5.000 orang. Berkat kewelasasihan Tuhan berpadu dengan kondisi sebab jodoh yang matang serta bantuan kemurahan hati Bapak Mujianto, maka terwujudlah cita-cita pembelian lahan tanah di Komplek Perumahan Cemara Asri. Peletakan batu pertama dilaksanakan pada 17 Januari 1999 yang dipimpin oleh Yang Arya Maha Sesepuh Ong dengan didampingi oleh Maha Sesepuh Gautama Hardjono. Saat itu dimeriahkan tim paduan suara akbar 1360 orang yang amat menggugah hati. Pembangunan konstruksi awal Maha Vihara Maitreya berlangsung pada 5 Oktober 1999. Saat proses perampungan Maha Vihara berlangsung berbagai acara dan kegiatan telah diselenggarakan diantaranya : Kelas Penataran Dharma, kelas Keluarga Maitreyani, kelas Remaja dan Anak-anak, Peringatan Buddha-Bodhisatva, Waisak, Pemujaan Dewi bulan, Hari Ayah &Ibu, Kegiatan Sosial, Buffet Vegetarian dan sebagainya.
Maitreya yang tidak terhingga, serta dukungan penuh seluruh umat Buddha Maitreya berupa pengorbanan uang, materi dan semangat hingga akhirnya berhasil dirampungkan keseluruhan bangunan Maha Vihara. Tuhan para Buddha-Bodhisatva dan manusia merasakan suka-cita bersama. Semasa kepemimpinan Maha Pandita Citrawira yang penuh kemantapan tekad dan kepercayaan diri, MAPANBUMI di Wilayah IV terus berkembang jaya ditandai dengan berdirinya beberapa Maha Vihara dan sejumlah sekolah umum. Maha Pandita Citrawira diangkat oleh Maha Sesepuh Gautama Hardjono sebagai Ketua umum MAPAN BUMI pada tahun 2007. Selanjutnya Ketua Wilayah IV MAPANBUMI generasi kelima beralih ke Maha Pandita Dra.Anna Monita pada tahun 2007. Wakil Ketua Wilayah untuk Sumatera Utara dan Aceh adalah Pandita Kang Bak Long dan Pandita Satya Vira, wakil Ketua Wilayah untuk Kepulauan Riau adalah Maha Pandita Prajnasutta dan Pandita Wirya Candra. Sedangkan Wakil Ketua Wilayah Riau dan Sumatera Barat ditugaskan pada Pandita Wiweka Dharma.
Saat peresmian Maha Vihara Maitreya di tanggal 21 Agustus 2008, di Wilayah IV MAPANBUMI telah berdiri sekitar 200 unit Vihara dan Cetiya dengan jumlah umat Buddha Maitreya melebihi 300.000 orang. Maha Agung Rahmat KasihTuhan dan Budi Kebajikan Guru. Kita semua umat Buddha Maitreya senantiasa terpanggil untuk membalas budi dengan berjuang sekuat kemampuan demi generasi mendatang yang lebih baik, juga catatan cemerlang bagi sejarah perkembangan Agama Buddha Maitreya.
Arsitektur bangunan Maha Vihara berciri khas oriental klasik digabung dengan desain modern, hingga menampilkan keharmonisan, kekudusan dan cita rasa estetika. Berkat welasasih Tuhan dan lindungan kasih Buddha.